Tuesday, November 10, 2009

hati mukmin itu pasti menangis......

assalamualaikum..

hati mukmin pasti menangis



Suatu petang, di Tahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ terasa hening mencengkam. Jeneral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan. Setiap banduan penjara membongkokkan badannya rendah-rendah ketika 'algojo penjara' itu melintasi di hadapan mereka. Kerana kalau tidak, sepatu 'boot keras' milik tuan Roberto yang fanatik Kristian itu akan mendarat di wajah mereka.

Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci.

"Hai... hentikan suara jelekmu! Hentikan... !" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sambil membelalakkan mata.

Namun apa yang terjadi? Laki-laki dikamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang. Dengan marah ia menyemburkan ludahnya ke wajah tua sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyucuh wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala. Sungguh ajaib... Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan.

Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat galak untuk meneriakkan kata Rabbi, wa ana 'abduka... Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, "Bersabarlah wahai ustaz... InsyaALlah tempatmu di Syurga."

Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustaz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak marahnya. Ia memerintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-kerasnya sehingga terjerembab di lantai.

"Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa hinamu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu! Ketahuilah orang tua dungu, bumi Sepanyol ini kini telah berada dalam kekuasaan bapa kami, Tuhan Jesus. Anda telah membuat aku benci dan geram dengan 'suara-suara' yang seharusnya tidak didengari lagi di sini. Sebagai balasannya engkau akan kubunuh. Kecuali, kalau engkau mahu minta maaf dan masuk agama kami."

Mendengar "khutbah" itu orang tua itu mendongakkan kepala, menatap Roberto dengan tatapan yang tajam dan dingin. Ia lalu berucap, "Sungguh... aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah. Bila kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemahuanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh."

Sejurus sahaja kata-kata itu terhenti, sepatu lars Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah berlumuran darah. Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'buku kecil'. Adolf Roberto berusaha memungutnya. Namun tangan sang Ustaz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.

"Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!" bentak Roberto.

"Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!" ucap sang ustaz dengan tatapan menghina pada Roberto.

Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu lars seberat dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustaz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto. Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur. Setelah tangan tua itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya baran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung.

"Ah... seperti aku pernah mengenal buku ini. Tetapi bila? Ya, aku pernah mengenal buku ini."

Suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol.

Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustaz yang sedang melepaskan nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak. Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto.

Pemuda itu teringat ketika suatu petang di masa kanak-kanaknya terjadi kekecohan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Petang itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak berdosa gugur di bumi Andalusia. Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka gelantungan tertiup angin petang yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara.

Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mahu memasuki agama yang dibawa oleh para rahib. Seorang kanak- kanak laki-laki comel dan tampan, berumur sekitar tujuh tahun, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Kanak kanak comel itu melimpahkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. Perlahan-lahan kanak - kanak itu mendekati tubuh sang ummi yang tak sudah bernyawa, sambil menggayuti abinya.

Sang anak itu berkata dengan suara parau, "Ummi, ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa... .? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi... "

Budak kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu apa yang harus dibuat . Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya budak itu berteriak memanggil bapaknya, "Abi... Abi... Abi... " Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapa ketika teringat petang kelmarin bapanya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.

"Hai... siapa kamu?!" jerit segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati budak tersebut. "Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi... " jawabnya memohon belas kasih.

"Hah... siapa namamu budak, cuba ulangi!" bentak salah seorang dari mereka. "Saya Ahmad Izzah... " dia kembali menjawab dengan agak kasar. Tiba-tiba, Plak! sebuah tamparan mendarat di pipi si kecil.

"Hai budak... ! Wajahmu cantik tapi namamu hodoh. Aku benci namamu. Sekarang kutukar namamu dengan nama yang lebih baik. Namamu sekarang 'Adolf Roberto'... Awas! Jangan kau sebut lagi namamu yang buruk itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!" ancam laki-laki itu.

Budak itu mengigil ketakutan, sembari tetap menitiskan air mata. Dia hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya budak tampan itu hidup bersama mereka. Roberto sedar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustaz. Ia mencari-cari sesuatu di pusat laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeria, "Abi... Abi... Abi... "

Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Fikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapanya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia jua ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bahagian pusat. Pemuda bengis itu terus meraung dan memeluk erat tubuh tua nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas tingkah-lakunya selama ini.

Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun lupa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, "Abi... aku masih ingat alif, ba, ta, tha... " Hanya sebatas kata itu yang masih terakam dalam benaknya. Sang ustaz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyeksanya habis-habisan kini sedang memeluknya.

"Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuhi Abi, tunjukkan aku pada jalan itu... " Terdengar suara Roberto meminta belas. Sang ustaz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika setelah puluhan tahun, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, di tempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.








Sang Abi dengan susah payah masih boleh berucap. "Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu,"

Setelah selesai berpesan sang ustaz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah "Asyahadu anla IllaahailALlah, wa asyahadu anna Muhammad Rasullullah... '.

Beliau pergi dengan menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang dibumi yang fana ini. Kini Ahmah Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agamanya, Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru berguru dengannya...



p/s:

sahabat2ku...bertuahnya kita berada diMalaysia ,kita bebas mengamalkan agama yng kita anuti,cba kita lihat saudara2 kita diluar sana betapa susahnya utk mereka mengamalkan ajaran agama ...dibunuh akibat mempertahankan tudung dan keimanan tapi kita bertuah tak ada sapa nak hlang kita nak bertudung ke tak nak ke...jadi ,susah ke untuk kita menghargai nikmat kurniaanNya ni...nak tgu ditarik dulu baru nak menyesal ke????


shabat2ku....memang dunia ni sangat indah tapi ianya tak seindah apa yg ada di syurgakan??....keindahan nya cuma sementara......tak kekal pun...ana pasti anda semua tahu tentang ni kan???dunia ini persinggahan je kan???tapi kenapa kita buat seolah-olah ianya destinasi terakhir kita???

shabat2ku....bangun la dari lenamu ...bangun la dari kelalaianmu...ingatkan kita didunia ni ada misi kita sendiri iaitu mencari bekalan buat perhitungan di akhirat kelak...jangan sampai bila kita mati baru kita nak menyesal dan nak mtak dihidupkan sekali lagi....dah tak guna dah waktu itu sahabat2ku

sahabat2ku....islam itu mudah cuma kita yang menyusahkan hidup kita dengan tidak memahami islam itu sendiri....sesungguhnya nikmat iman dan islam itu sangat la indah cuma kita yang selalu memperburukkannya.....

sesungguhnya apa yg ana coretkan adalah lebih kepada mengingatkan diri ana sendri dismping orang2 yng ana kasihi sekalian....sesungguhnya apa yg baik datang dari Allah dan yg buruk dtg dari kelemahan ana sbgai hambaNYa yg kerdil....yang baik dijadikan tauladan dan yg bruk kita jadikan sempadan.....wallahualam

kejam???

assalamualaikum..

siapa lebih kejam??????


Tiga orang lelaki yang sedang mabuk bertanding untuk menentukan siapa yang paling kejam.

Lelaki yang pertama menyerang seorang perempuan dan memukulnya sehingga giginya patah, lebam kedua biji matanya dan darah keluar daripada hidung dan telinga perempuan itu. Akhirnya perempuan itu jatuh ketakutan dan badannya menggeletar.

Dia berpusing menghadap dua lelaki dan berkata dengan bangganya,

“Akulah orang yang paling kejam”,

Tidak berpuashati, lelaki kedua bangun dan mengoyak baju perempuan itu, merogolnya dan terus mencekik perempuan itu sehingga perempuan itu mati.

Dan dia berkata

“Tidak ada siapa yang lebih kejam daripada aku”.

Lelaki ketiga pula bangun dan tersenyum. Dia menjawab

“Akulah yang paling kejam, aku cuma berdiri dan melihat kekejaman kamu sedangkan perempuan ini adalah adik aku”

Perempuan itu adalah Lebanon.

Lelaki pertama ialah Israel.

Lelaki kedua adalah Amerika Syarikat.

Lelaki ketiga pula ialah Umat Islam yang hanya berdiam diri dan lihat.

Tahniah kepada Umat Islam.

p/s:Sama-samalah kita muhasabah diri...sejauh mana usaha kita untuk menolong saudara-saudara Islam kita...renung sejenak sebanyak mana doa yg kita telah hadiahkan...Umat Islam itu lemah kerana mereka JAUH daripada agama mereka sendiri...

iman,nafsu...kita...

assalamualaikum..
kisah iman,nafsu dan diri kita


iman : Assalamualaikum.

Diri : Waalaikumussalam. Oh,encik iman! Saya rasa dah dua tiga minggu kamu tak datang ke pejabat. kamu cuti ke?

Iman : Apa pulak cuti bos. Saya kan diberikan cuti.

Diri :Oh ye,lupa. Itu la, saya ingatkan segala urusan akan lebih terurus dan keuntungan syarikat akan bertambah lepas ambil En.Nafsu bekerja. Tapi jadi kelam-kabut lak. Lepas terdengar ustaz kat tv berceramah hari itu, saya teringatkan kamu.

Iman : Jadi saya boleh kembali bekerja la bos? Saya boleh ambik balik jawatan saya dari En.Nafsu?

Diri : Eh,tak boleh3x. Saya sayang sangat nak pecat en.nafsu. Walaupun saya terpaksa bayar gaji yang tinggi, tapi dia berjaya mengiburkan saya. (sambil tersenyum..)

Iman : Kalau macam tu, lebih baik saya berundur.(dgn nada sedih)

Diri : Eh,jangan! Tolonglah saya. Saya tak boleh kehilangan kamu.(sambil merayu)

Iman : Tapi bos, kami tak mungkin boleh bersama dalam satu syarikat. Perbezaan antara kami sangat besar. Saya tengok En.Nafsu tu macam anti sangat je dengan saya.

Diri : Aduh, rasa serba salah la pulak saya.(keliru)

Iman : Macam ni la bos. Bos boleh pilih satu je. Bos perlu bermujahadah untuk pecat En.Nafsu, bos.

Diri : Saya tahu. Jauh dalam lubuk hati saya, saya amat memerlukan kamu, En. Iman. Rasa iri hati saya tengok syarikat sebelah ustaz kat sebelah. Mereka boleh maju sebab ada orang macam kamu. Baiklah, saya kena pecat juga En.Nafsu, tak kiralah apa yang berlaku. En.Iman, saya mahu kamu tubuhkan balik jabatan Solat, Puasa, Zikir, al-Qur’an dan apa-apa yang patut.

Iman : Alhamdulillah,syukur sangat. Nampaknya bos dah buat keputusan yang bijak lagi bernas. Kalau bos teruskan prestasi cemerlang ni,saya yakin bos akan dinaikkan pangkat oleh CEO (Allah s.w.t) sebagai Muttaqin.

Pengajaran:
Kitalah bos kepada diri sendiri. Dan kitalah yang menguruskan semua tentang diri, makan, minum, pakaian, pelajaran dan pekerjaan. Apa yang penting adalah bagaimana kita menguruskan iman kita (macam planner). Oleh itu, lakukanlah keputusan terbaik dan pilihlah agenda dan aktiviti yang dapat menyuburkan iman. Malahan, jangan sesekali ditendang keluar amalan soleh dan jangan melambai-lambai palit dosa masuk ke dalam diri.



Maksudnya: “ Dan bagi tiap-tiap umat ada arah (kiblat) Yang masing-masing menujunya; oleh itu berlumba-lumbalah kamu mengerjakan kebaikan; kerana di mana sahaja kamu berada maka Allah tetap akan membawa kamu semua (berhimpun pada hari kiamat untuk menerima balasan); Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”
(Surah al-Baqarah 2: 148)

with love : nuramna najihah